METODE PENERJEMAHAN BAHASA INGGRIS – BAHASA INDONESIA
METODE PENERJEMAHAN BAHASA INGGRIS – BAHASA INDONESIA
Ketika ingin menerjemahkan tulisan, kita perlu memiliki metode penerjemahan yang baik. Contohnya ketika akan menerjemahkan sebuah artikel untuk anak-anak, kita harus menghilangkan istilah-istilah sulit bagi anak-anak. Tentunya pemilihan suatu metode disertai dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang mengenai pembaca sasaran, jenis teks, keinginan dan maksud pengarang teks, dan tujuan penerjemahan teks tersebut.
Metode berikut ini berorientasi pada BSa (Bahasa Sasaran):
1. Adaptasi (Adaptation)
Keterikatan justru lebih dekat pada BSa (Bahasa Sasaran), sedangkan pada BSu (Bahasa Sumber) sangatlah tipis, hampir tidak ada. Penerjemahan teks drama atau puisi lebih banyak memakai metode ini.
2. Penerjemahan Bebas (Free Translation)
Metode penerjemahan bebas tidak lagi terikat dengan struktur BSu, tapi lebih menonjolkan isi (content) BSu daripada bentuk strukturnya.
3. Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation)
Ungkapan idiomatik yang ada pada BSu diterjemahkan seperti ungkapan biasa, bukan dengan ungkapan idiomatik pula. Hal ini disebabkan tidak ditemukannya ungkapan idiomatik yang sama pada BSa.
4. Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation).
Makna kontekstual terlihat secara tepat, sehingga aspek bahasa dapat diterima dan isi dapat langsung dipahami oleh pembaca sasaran.
Metode berikut ini berorientasi pada BSu (bahasa sumber):
1. Penerjemahan Kata demi kata (Word-for-word Translation)
Satu demi satu kata diterjemahkan secara urut, tanpa memperhatikan konteks. Metode ini juga bisa dipakai ketika menghadapi suatu ungkapan yang sulit, yaitu dengan melakukan penerjemahan awal (pre-translation) kata demi kata, kemudian direkonstruksi menjadi sebuah terjemahan ungkapan yang sesuai.
2. Penerjemahan Harfiah (literal Translation)
Pemadanan masih lepas dari konteks, hampir sama dengan penerjemahan kata demi kata. Metode ini juga dapat dipakai sebagai langkah awal dalam melakukan suatu penerjemahan. Perbedaannya terletak pada konstruksi gramatika BSu yang berusaha diubah mendekati konstruksi gramatika pada BSa.
3. Penerjemahan Setia (Faithful Translation)
Metode ini mencoba membentuk makna kontekstual tetapi masih tetap terikat pada struktur gramatika pada BSu. Penerjemahan ini berusaha sesetia mungkin terhadap BSu. Hal ini menimbulkan adanya ketidaksesuaian terhadap kaidah BSa, terutama penerjemahan istilah budaya, sehingga hasil terjemahan seringkali terasa kaku.
4. Penerjemahan Semantik (Semantic Translation)
Metode ini lebih luwes dibanding metode penerjemahan setia. Istilah budaya yang diterjemahkan jadi lebih mudah dipahami pembaca. Unsur estetika BSu tetap diutamakan, tetapi disertai kompromi dengan BSa.
Komentar
Posting Komentar