Budaya Disiplin Orang Jepang
Seperti kita ketahui, Jepang adalah negara dengan tingkat kedisiplinan tinggi di dunia. Sejak kecil, anak-anak di Jepang telah diajarkan kedisiplinan baik di rumah maupun di sekolah. Konsep mereka tentang disiplin diri dapat dibagi secara skematis menjadi konsep yang memberikan kemahiran dan keahlian, contohnya kemahiran mendisiplinkan diri. Konsep ini diterapkan oleh tentara Jepang selama menjalani latihan dengan jatah waktu tidur 10 menit. Hal tersebut menujukkan bagaimana tentara Jepang mampu mendisiplinkan diri dalam mengatur waktu, mereka sangat paham bagaimana tidur yang berkualitas dengan waktu yang singkat namun mereka juga tetap harus latihan perang. Tentara itu menyatakan salah satu prinsip yang sangat disetujui dalam ekonomi kejiwaan (psychic economy) Jepang, yaitu kemauan harus lebih tinggi daripada badan.
Sejak masa kanak-kanak, pria dan wanita harus dimasyarakatkan secara disiplin, baik secara sukarela ataupun dipaksakan oleh suatu otoritas. Hal tersebut membuat setiap individu anak merasa frustasi karena mereka dibatasi keinginannya, misalnya seorang anak harus tidur pada jam tertentu. Tak terhitung banyaknya keluarga dimana si anak menunjukkan ketidaksenangannya saat harus tidur malam. Bahkan, para ibu di Jepang juga mengatur makanan apa yang harus dimakan oleh anak-anaknya meskipun makanan tersebut adalah makanan yang tidak disukai oleh sang anak, seperti bayam, bubur havermout, roti, atau air jeruk. Sang ibu beranggapan bahwa makanan tersebut adalah makanan yang baik untuk kesehatannya bukan makanan yang baik rasanya.
Disiplin diri yang kompeten di Jepang mempunyai dasar pemikiran bahwa disiplin diri itu memperbaiki cara orang menjalani hidupnya. Mereka beranggapan pada awalnya mendisiplinkan diri merupakan sebuah pengorbanan yang membuat frustasi, akan tetapi suatu saat nanti mereka akan merasakan manfaatnya dan menikmatinya. Semua penekanan tentang bagaimana disiplin-diri ini mengarah pada keuntungan bagi orang yang melakukannya, bukan berarti tindakan ekstrim yang sering dituntut dalam kode etik Jepang membuat orang yang bersangkutan benar-benar frustasi.
Disiplin diri yang kompeten di Jepang mempunyai dasar pemikiran bahwa disiplin diri itu memperbaiki cara orang menjalani hidupnya. Mereka beranggapan pada awalnya mendisiplinkan diri merupakan sebuah pengorbanan yang membuat frustasi, akan tetapi suatu saat nanti mereka akan merasakan manfaatnya dan menikmatinya. Semua penekanan tentang bagaimana disiplin-diri ini mengarah pada keuntungan bagi orang yang melakukannya, bukan berarti tindakan ekstrim yang sering dituntut dalam kode etik Jepang membuat orang yang bersangkutan benar-benar frustasi.
Komentar
Posting Komentar